Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Moral
Anak
Media massa memiliki
peran vital dalam memberikan berbagai macam informasi dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan era modern ini memajukan dunia pertelevisian dengan begitu pesat,
bukan hanya acara berita saja yang ditawarkan, bahkan sekarang acara hiburan
yang menjadi objek utamanya. Namun sayangnya lembaga pertelevisian kurang
mencermati atau memfilter tontonan yang mereka sajikan, sudah kita ketahui
bahwa segala umur dapat menyaksikan tontonan televisi sekarang ini, tidak ada
batasan dari umur berapa yang bisa menikmati tontonan tersebut.
Dewasa ini dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari
infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetrom dan film-film
yang berbau kekerasan, televisi mampu membius pemirsanya (anak-anak, remaja dan
orang tua). Hal seperti ini akan berdampak buruk terhadap moral
terutama pada anak-anak yang belum bisa sepenuhnya memfilter sikap positif dan negatif
yang disuguhkan acara televisi yang mayoritasnya untuk konsumsi para remaja,
dewasa dan orang tua.
Dari gambaran proses peniruan terhadap acara
yang ditayangkan oleh televisi (tv act), dapat diketahui bahwa peniruan
terhadap perilaku yang ada ditelevisi dapat diperkuat dengan pengaruh
lingkungan dimana si anak tinggal. Maka bila diperhatikan secara seksama,
bagaimana media televisi dapat sangat mempengaruhi perilaku anak dalam mengikuti
setiap adegan yang ditayangkan oleh media tersebut
dapat membahayakan si anak bila orang tua kurang memperhatikan kegiatan dalam
menonton televisi. (Desti, 2005, p. 5)
Kondisi minat baca orang Indonesia seperti yang
terdapat dalam data di Badan Pusat Statistik (BPS, 2009), bahwa masyarakat
Indonesia belum
menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang
lebih memilih menonton TV dalam usia 10 tahun ke atas (90,27%) dan atau
mendengarkan radio (23,50%) ketimbang membaca surat kabar atau majalah
(18,94%). (Dewi, 2012, p. 2)
Displacement hypothesis. The displacement hypothesis says that television may impair the growth of reading skills by displacing
outof-school activities that otherwise might facilitate the development of reading skills. These worthwhile pursuits may be displaced both in quantity and in quality (Gaddy, 1986). When the time given to television viewing directly
displaces the
amount of time spent on other activities, it is a
matter of quantitative displacement. Qualitative
displacement occurs when the performance of an
activity is less effective because
it is performed while watching television. (Voort)
Dari ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa dampak
negatif televisi lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Seperti
dapat mempola tindakan atau perilaku kasar atau bahkan ponografi yang mudah
dicontoh anak-anak, jika sudah begitu otomatis dapat mempengaruhi segal bentuk
moral anak menjadi tidak sesuai norma dan nilai yang ada di Indonesia. Kemudian
selain dampak terhadap moral anak juga berdampak terhadap minat membaca, dalam
hal ini tidak untuk anak-anak saja namun orang dewasa juga termasuk kedalam
dampak yang satu ini, masyarakat Indonesia menjadi kurang tertarik dalam
membaca, mereka lebih memilih menonton berita melalui televise dibandingkan
dengan membaca, hal ini akan berakibat lebih buruk jika sejk anak-anak mereka
sudah dibiasakan dengan sajian tontonan yang memudahkan mereka sehingga
kedepannya dapat diprediksi bahwa generasi seperti ini akan lebih malas lagi
untuk membaca.
R.S. Dewi. (2012). REPRESENTATION
OF COMMUNICATION BETWEEN CULTURES AND MORAL MESSAGES IN ANIMATION FILM (Study
Analysis Of Animation Film "Upin Ipin" In Mnc Tv). Jurnal Komunikasi Pembangunan
Sri Desti. (2005). DAMPAK
TAYANGAN FILM DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK. Jurnal
Komunikologi
Johannes W. J. Beentjes and Tom H. A. Van der
Voort. Vol. 23, No. 4 Television's
Impact on Children's Reading Skills: A Review of Research. Published by: International Reading Association
Tidak ada komentar:
Posting Komentar