MEMAHAMI MASALAH AKHLAQ
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah aqidah akhlaq di sekolah dan
madrasah
Dosen Pembimbing :
Dr. Abdul Madjid, M.Ag
Disusun oleh :
Novenalia Soviandarin (20140720012)
Rahma Mulia Parahita (20140720014)
Muhammad Azis fajri (20140720027)
Hidayatun Nisa (20140720030)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Tahun 2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/semester :
X / 1
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Topik :
Memahami masalah akhlak
Waktu :
A. Kompetensi inti
SMA Kelas X
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro- aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa alam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami
dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Melaksanakan
akhlak terpuji dan menghindarkan diri dari akhlak tercela dalam kehidupan sebagai
implementasi dari memahami akhlak
3.1 Memahami
masalah akhlak, induk akhlak terpuji dan induk akhlak tercela
Indikator: - Mampu menjelaskan pengertian akhlak
- Mampu mengidentifikasi
induk akhlak terpuji dan akhlak tercela
- Mampu mengemukakan
metode peningkatan kualitas akhlak
- Mampu mensimulasikan
contoh akhlak terpuji dan akhlak tercela
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan mengamati, menanya, mendiskusikan,
menyimpulkan dan mengomunikasikan, peserta didik diharapkan:
1.
Mampu menjelaskan pengertian akhlak
2.
Mampu mengidentifikasi induk akhlak
terpuji dan akhlak tercela
3.
Mampu menjelaskan metode peningkatan
kualitas akhlak
4.
Mampu mensimulasikan contoh akhlak
terpuji dan tercela
D. Materi Pembelajaran
1.
Fakta : Adanya akhlak terpuji dan tercela
2.
Konsep :
-
Pengertian akhlak
-
Induk akhlak terpuji dan tercela
-
Metode peningkatan kualitas akhlak
3.
Prosedur :
-
Demonstrasi akhlak tercela dan terpuji
E. Metode Pembelajaran
1.
Ceramah
2.
Problem based learning
3.
Diskusi
4.
Demonstrasi
F. Media, Alat, dan Sumber
Belajar
1. LCD Proyektor
2. Cuplikan film berkaitan tentang
akhlaq
3. Ringkasan materi akhlaq
4. Bola plastik
G. Langkah-langkah
Pembelajaran
a.
Pendahuluan (20 menit)
1.
Memberi salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama. Memeriksa kerapian dan
kebersihan ruang kelas
2.
Secara bersama bertadarus membaca satu surah dal Al- Qur’an
3.
Guru menanyakan materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya
4.
Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai(Appersepsi)
5.
Guru memberikan ilustrasi tentang materi yang akan disampaikan
6.
Pembagian kelompok
b.
Kegiatan Inti
Mengamati
- Guru memberikan tugas
kepada kelompok siswa untuk mencermati macam induk akhlaq terpuji dan akhlaq tercela
melalui tayangan video.
- Guru memberikan tugas
kepada perwakilan kelompok(yang dipilih melalui permainan bola) untuk
menyampaikan kesimpulan dari tayangan video
Mengasosiasi
Setelah mengumpulkan
informasi yang didapat siswa selanjutnya siswa menganalisis di dalam kelompok masing-masing
Menalar
- Mendiskusikan materi
demonstrasi yang diperoleh; Dalam kegiatan diskusi guru dan siswa
memperlihatkan sikap demokratis, kerja sama, serta sopan santun dalam
menyampaikan pendapat dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain (Sikap)
Mengkomunikasikan
- Setelah selesai
berdiskusi, guru meminta masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan akhlak
terpuji dan juga akhlak tercela.
- Setelah satu kelompok selesai
mendemonstrasikan, perwakilan kelompok lain memberikan pendapat mengenai
penampilan kelompok lain
Menanya
Perwakilan menanyakan kepada kelompok lain tentang
demonstrasi yang dilakukan
c.
Kegiatan Penutup
1.
Guru memberikan penguatan terhadap materi yang didiskusikan (kegiatan
konfirmasi).
2.
Menyiapkan masalah untuk pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian Hasil Belajar
Bahan ajar
AKHLAK
1. Pengertian Akhlaq
Perkataan akhlak dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab اَخْلأَ قٌ, bentuk jamak kata خُلُقٌ
yang secara etimologis berarti budi pekerti, watak,perangai,tingkah laku atau
tabi’at (Moh. Daud
Ali, 1998: 346).
Menurut Imam Ghozali, Akhlaq
adalah: “sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan, Akhlaq adalah : “ nilai-nilai dan
sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, dengan sorotan dan timbangannya seseorang
dapat menilai perbuatan baik dan buruk, untuk kemudian memilih melakukan
ataupun meninggalkannya”. Menurut Ahmad Amin akhlak ialah membiasakan
kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu apabila dibiasakan terhadap
sesuatu maka kebiasaan itu akan dapat membentuk akhlak.
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah :
حَا لُ ا لنَّفْسِ دَا عِيَقٌ لَهَا اِ لَى اَفْعَا لِهَا
مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَ رُ ؤْ يَةٍ
Artinya : Perilaku jiwa seseorang
yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
(sebelumnya).
Sedangkan ilmu akhlak
ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh seseorang manusia kepada orang lain, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa-apa yang harus diperbuat.(Ahmad Amin, 1975:62).
Di dalam kamus Al-Kautsar, ilmu akhlak diartikan
sebagai ilmu tatakrama. Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk
mengenal tingkah laku manusia kemudian member hukum/nilai kepada perbuatan itu
bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.
(Husin Al-Habsyi, tt: 87). Sedangkan ilmu akhlak dalam The Encyclopedia of
Islam dirumuskan: It is the science of virtues and the way how to acquire them
of vices and the way how to quard against them ( Ilmu akhlak ialah ilmu tentang
kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara untuk enghindarinya).
(Har Gibb,etal,1960:327).
Dari pengertian di atas
dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang membahas perbuatan manusia
dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang
harus dihindari dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia.
Akhlak secara garis
besar terbagi menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela dan munculnya
akhlak tersebut didasarkan pada tiga perbuatan utama yaitu Hikmah (Bijaksana),
Syaja’ah (Kesatria) dan Iffah (memelihara diri dari perbuatan maksiat dan
dosa). Dan diantara akhlak terpuji yaitu
Qona’ah, Zuhud, Sabar,Istiqomah,Tasamuh, Kasih Sayang, Pemaaf, Amanah, Bermuka
manis (Anisatun), rendah diri (tidak sombong), malu, dan suka menolong. Adapun
di antara akhlak tercela (Akhlak Madzmumah) yaitu Iri hati, Dengki, Sombong,
Tamak,Egois, Kikir, Dusta, Pengecut, Menggunjing, Mengumpat, Boros, Dhalim, dan
perbuatan Keji (Fakhsya’). Dan di bawah ini akan diuraikan sebagian dari akhlak
tersebut.
A. Qana’ah
(القناعة)
1. Pengertian Qona’ah
a. Secara bahasa (etimologi), qana’ah artinya cukup.
b. Secara istilah (terminology), qana’ah artinya merasa
cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan/
kekurangan.
2. Komponen Qana’ah
Bersifat qana’ah
paling tidak meliputi 5 hal yaitu :
a. Menerima dengan rela apa yang ada.
b. Memohon kepada Allah rejeki yang
terbaik dan halal untuk dirinya dan diiringi dengan ikhtiar yang maksimal.
c. Menerima dengan sabar akan semua
ketentuan Allah.
d. Bertawakal kepada Allah.
e. Tidak tertarik oleh segala tipu
daya yang bersifat duniawi.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ
الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَ النَّفْسِ
Artinya : “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta,
akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa”. (HR. Bukhari-Muslim).
Orang yang memiliki sifat qana’ah akan memagari harta
sekedar apa yang berada dalam genggamanya dan pikirannya tidak menjalar keluar
dari yang ada pada dirinya. Ia berpendirian bahwa apa yang diperolehnya selama
ini merupakan suatu ketentuan dari Allah SWT karena itu tidak pernah merasa akan
kekurangan.
وَمَامِن دَآبَّةٍ فِي اْلأَرْضِ
إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang member rezekinya”. (QS.Huud:6).
Orang
yang qana’ah akan senantiasa merasa tentram dan merasa berkecukupan terhadap
apa yang dimilikinya selama ini. Karena meyakini bahwa pada hakikatnya kekayaan
ataupun kemiskinan tidak diukur dari banyak dan sedikitnya harta, akan tetapi
terletak kepada kelapangan hatinya untuk menerima dan mensyukuri segala karunia
yang diberikan Allah SWT.
Tidak sedikit orang yang secara materi melimpah, tetapi
tetap merasa miskin, tamak, serakah dan rakus.
Sifat qana’ah merupakan mesin penggerak batin yang
senantiasa mendorong manusia untuk meraih suatu kemajuan hidup yang disesuaikan
dengan kemampuan diri. Begitu pula segala gerak langkah dan orientasi hidupnya
selalu tergantung kepada Allah SWT.
Untuk menumbuhkan sifat
qana’ah tentunya tidak langsung jadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan
latihan dan pembiasaan-pembiasaan sejak dini yang pada akhirnya sifat tersebut
akan mendarah daging dalam diri seseorang sebagai bagian dari hidupnya. Dengan demikian hatinya akan
senantiasa merasa tentram dan stabil selama di dunia dan senantiasa siap menyongsong
kehidupan di akhirat.
اَلْقَنَا عَةُ كَنْزٌلاَ يَفْنِى
Artinya : “Qana’ah adalah simpanan yang tak akan lenyap”.
(HR.Tabrani).
Qana’ah bukan berarti menerima apa adanya disertai dengan
sikap malas, tetapi harus diiringi dengan usaha keras. Jika usaha tersebut
hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkanya, maka harus diterima dengan
sikap sabar. Sebaliknya jika usaha tersebut memperoleh hasil yang memuaskan, maka
disertainya denga sikap bersyukur kepada Allah SWT.
عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَمْرِ و
بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ
وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللّهُ بِمَا آتَاهُ
Artinya : Dari Abdillah Bin Amr Ra. Bahwa Rasulullah SAW
bersabda : Sunggu beruntung orang yang beragama Islam dan rezekinya cukup,
kemudian merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya (HR.
Muslim)
Dengan sifat Qana’ah ini
berarti kita menanamkan pola hidup sederhana yang sehat, karena pada dasarnya
orang yang selalu mengejar-ngejar harta kekayaan hatinya tidak akan tentram. Karena itu Rasulullah memberikan
tuntutan kepada kita :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
رَسُولُ اللّهِ صَلَّى الَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ
مُحَمَّدٍقُوتًا
Artinya : Dari Abu Hurairah Ra berkata : “Rasulullah SAW
berdoa Ya Allah berilah rezeki keluarga Muhammad sederhana (sekedar makan) HR.
Bukhori-Muslim.
B. Zuhud
Zuhud ialah tidak berhasrat terhadap sesuatu yang mudah
walaupun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada. Hal itu dilakukan
untuk melatih dan membersihkan diri, dan untuk mendahulukan kepentingan orang
lain dari kepentingan diri sendiri. Zuhud bukan berarti tidak berhasrat
terhadap sesuatu yang mudah karena tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh
atau mengerjakannya. Zuhud juga bukan berarti menundukkan hawa nafsu dan
menyiksanya tanpa maksud member kemanfaatan kepada umat atau kepada sekelompok
orang. Menundukkan hawa nafsu dengan tujuan seperti itu adalah perbuatan
ruhbaniyyah yang diharamkan Islam. Firman Allah:
٣١. يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ
زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ
إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ٣٢. قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ
لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya
:
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan .
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 32.
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat ." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui. (Al-A’rof: 31-32)
Zuhud adalah sifat utama
yang berkaitan dengan sifat-sifat utama lainnya, seperti
qona’ah,iffah,sabar,tawaddhu’,syaja’ah,istiqomah. Keinginan yang berlebih-lebihan
terhadap kehidupan dunia yang menyebabkan dirinya lupa kepada Allah sangat
tidak disenangi Allah, sebagaimana firmanya:
٦٤. وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya : Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.( Al-An-Kabut:64)
Tumbuhnya sikap zuhud
pada seseorang melalui suatu proses, setelah orang memiliki iman yang makin
tebal dan kuat serta adanya keinginan yang besar terhadap kehidupan akhirat
yang lebih kekal. Sedangkan kehidupan dunia ini ibarat permainan belaka dan
bersifat sementara, firman Allah :
٣٣. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ
هُوَ جَازٍ
عَن وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ
اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم
بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Artinya : “Hai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang
bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong
bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah
sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu
(syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (Luqman : 33)
Zuhud
itu dapat dibagi atas tiga tingkatan yaitu:
a. Derajat pertama(terendah) yaitu
menghindari dunia padahal hatinya sangat berkeinginan dan sangat tertarik,
tetapi berusaha sekuat-kuatnya untuk menghindarinya dan merasa cukup dengan
yang sudah dimiliki.
b. Derajat kedua yaitu meninggalkan
keduniaan karena pandangan rendah dan hina terhadap orang yang rakus dan tamak
terhadap harta.
c. Derajat ketiga yaitu meninggalkan
dunia karena zuhud semata karena adanya pandangan bahwa dunia tidak berarti
sedikitpun dibandingkan dengan kenikmatan akhirat.
Zuhud merupakan salah satu sifat terpuji, yang seharusnya
dimiliki oleh setiap orang mu’min untuk menyempurnakan ibadahnya. Namun
menghindari urusan dunia hanya untuk beribadah dalam arti sempit saja, kurang
menguntungkan kehidupan beragama. Peribadatan dalam arti luas menyangkut jiwa
raga dan harta yang tersangkut di dalamnya bukan saja hak Allah tetapi juga hak
manusia. Zuhud yang hanya untuk beribadah dan hanya mementingkan urusan
akhirat, dinilai sebagai egoistis mementingkan diri sendiri. Allah
memerintahkan untuk beribadah sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya agar
memperoleh kebahagiaan di akhirat kelak, tanpa melalaikan urusan duniawi
sehingga dapat mencukupi keperluan hidupnya sendiri, keluarganya dan mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial. Silahkan dibuka firman Allah SWT dalam
surah Al-Qoshosh: 77
٧٧. وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ
الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ
اللَّهُ إِلَيْكَ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya: 77. Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
A. Sabar
Sabar
( Tabah ) adalah tahan menderita untuk
menghadapi yang tidak disenangi dengan penuh ridha dan menyerahkan diri kepada
Allah. Sabar adalah kemampuan menahan diri, dikala ada godaan untuk tidak marah
atau tidak pasrah.
Orang
yang sabar ( tabah ) dalam berbagai keadaan akan tetap tenang, selalu ingat
Allah dan berserah diri kepada – Nya. Orang yang tabah akan tahan menderita
apabila terkena musibah, tidak lekas putus asa dalam menunaikan kewajiban serta
meraih cita – cita.
Sabar
adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam
masalah dunia dan agama. Rasulullah SAW bersabda : Artinya : “ Sabar adalah
cahaya ( kemenangan yang gilang gemilang )” ( HR. Muslim ). Keuntungan yang
dijanjikan Allah kepada orang yang sabar diantaranya sebagai berikut :
إِنَّمَا يُوَ فَّى الصَّٰبِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
Artinya : “ Sesungguhnya hanya orang –
orang sabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az – Zumar : 10
)
وَجَعَلْنَا
مِنْهُمْ أَىِٕمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۖ وَكَانُوْا بِىَٔايَٰتِنَايُوْقِنُوْنَ
Artinya : “ Dan diantara mereka itu Kami
jadikan pemimpin – pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika
mereka sabar. Dan adalah meyakini ayat – ayat Kami”. (QS. As – Sajdah : 24 ).
Sabar Dalam Menunaikan Ibadah
Dalam
menunaikan ibadah syaitan selalu menggoda dan nafsu selalu mengganggu agar perintah ibadah ditinggalkan
atau dilalaikan. Tetapi orang yang sabar dapat menangkis dan mengatasinya,
tetap mengerjakan perintah Allah dengan baik.
Sabar Dalam Meninggalkan ( Menjauhi ) Maksiat
Menahan diri untuk menghindarkan dari segala perbuatan
jahat, dan dari menuruti hawa nafsu angkara murka dan menghindarkan diri dari
segala perbuatan yang mungkin dapat menjerumuskan diri ke jurang kehinaan dan
merugikan seseorang. Sabar terhadap maksiat, ialah semacam unsur pertahanan
yang melawan dorongan – dorongan yang menggoda manusia dalam perjalanan
hidupnnya, serta menyingkirkan perbuatan – perbuatan dosa yang terlarang dan
tercela.
Sabar
adalah pengaruh dari keyakinan yang mendalam dan tujuan yang bulat mencari
keridhaan Allah. Untuk memperoleh derajat inilah kita selalu berdo’a
sebagaimana yang tercantum dalam Al – Qur’an :
وَمَا تَنْقِمُ
مِنَّآ إِلَّآ أَنْ ءَا مَنَّا بِىَٔا يَٰتِ رَبِّنَا لَمَّا
جَآءَتْنَاۚ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا
مُسْلِمِيْنَ
Artinya : “Ya Allah Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah
diri ( kepada – Mu ). (QS. Al – A’raf : 126).
Sabar Dalam Musibah
Musibah yang menimpa diterima dengan sabar dan bertawakal
kepada Allah yaitu berikhtiar untuk terlepas dari musibah itu. Hidup ini adalah
perjuangan. Perjuangan tidak luput dari ujian dan cobaan yang pasti diberikan
Allah. Ujian itu bisa berupa ketakutan, musibah sakit, kelaparan dan kekurangan
harta benda atau kematian
ISTIQOMAH
Istiqomah adalah teguh pendirian
atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya, dan ia
tidak mau merubah keyakinannya itu dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam
keadaan susah atau senang, dalam keadaan sendiri atau beramai – ramai dengan
orang lain. Sikap
istiqomah ini akan memberikan ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan
menyebabkan orang lain segan dan menaruh hormat. Sikap istiqomah tercermin
dalam firman Allah SWT :
إِنَّ الَّذِيْنَ
قَا لُوْا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَٰمُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَٰىٕكَةُ
أَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَأَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِى كُنْتُمْ
تُوْعَدُوْنَ
Artinya : “ Sesungguhnya orang – orang yang mengatakan :
“Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (
istiqomah ) maka malaikat akan turun kepada mereka ( dengan mengatakan ) “
Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah
mereka dengan ( memperoleh ) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. ( Al
– Fushshilat : 30 )
Ayat
tersebut menyatakan bahwa orang yang teguh dalam pendiriannya mengakui hanya
Allah sebagai Tuhannya, akan mendapat jaminan ketenangan hidup, hilang rasa
takut, sedih, putus asa, dan lain sebagainya. Mereka yakin bahwa segala sesuatu
di dunia ini hanya akan terjadi apabila ada izin Alllah SWT. Sikap istiqomah
dan semangat perjuangan Nabi dan para sahabatnya itu dilukiskan dalam firman
Allah
مُحَمَّدٌ
رَّسُوْلُ اللَّهِۚ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ وٓأَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ
اللَّهِ وَرِضْوَٰنًاۖ سِيْمَاهُمْ فِى وُجُوْهِهِمْ مِّنْ
أَثَرِالسُّجُوْدِۚ
Artinya : “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang
– orang yang bersama – sama dengan dia adalah keras terhadap orang – orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaannya, tanda – tanda mereka tampak pada muka,
mereka dari bekas sujud. (QS. Al – Fath : 29).
Begitu
pentingnya istiqomah ini, maka Rasulullah ketika ditanya tentang Islam yang
tegas dan jelas, maka Rasulullah SAW menjawab yaitu beriman kepada Allah, lalu
istiqomah. Sabda Rasulullah SAW :
عَنِ ا بْنِ
عُمَرَ وَقَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْاِسْلَامِ قَوْلًا
لَا اَسْأَلُ عَنْهُ اَحَدًا غَيْرَكَو قَالَ : قُلْ امَنْتُ بِاللّٰهِ ثُمَّ
اسْتَقِمْ ( روامسلم )
Artinya : “ Dari Ibnu Amr r. A berkata :” Hai
Rasulullah, katakanlah padaku tentang islam, sesuatu perkataan yang aku tidak
menanyakan lagi kepada seseorang selain engkau. Nabi bersabda : “ Katakanlah,
aku beriman kepada Allah, lalu istiqomah. (HR.Muslim).
Isi hadits tersebut
sejalan dengan maksud ayat Al – Qur’an surat Fssilat ayat 30, bahwa istiqomah
mengandung arti bahwa seseorang berpegang teguh kepada keimanan yang telah
diyakininya dalam keadaan bagaimanapun. Dengan jalan inilah jiwa seseorang akan tetap
tenang, merasa aman, tidak gentar menghadapi situasi dan kondisi bagaimanapun.
TASAMUH
Pengertian
Tasamuh
a. Secara Bahasa, tasamuh artinya
toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai.
b. Secara Istilah, tasamuh artinya
suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia.
Sebagai makhluk sosial kita semua saling membutuhkan satu
sama lain, karena masing – masing memiliki kelebihan dan kelamaan sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Dengan demikian perlu ditumbuhkan sikap toleran dan
tenggang rasa agar senantiasa tergerak untuk saling menutupi kekurangannya
masing –masing. Dari sikap inilah akan terpancar rasa saling menghargai,
berbaik sangka dan terhindar dari sikap saling menuduh antar teman.
يَٰأَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَا مَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌۖ وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ
بَعْضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ
أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِ هْتُمُوهُۚ وَاتَّقُوا اللَّهَۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌيَٰأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍوَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُبًا وَقَبَآىِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَىٰكُمْۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya : “ Hai orang – orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba – sangka ( kesangkaan), karena sebagian dari purba – sangka
itu dosa. Dan janganlah mencari – cari kesalahan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki – laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku supaya kamu
saling kenal – mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal ( QS. Al – Hujurat : 12 – 13 )
Ayat diatas juga menjelaskan bahwa sikap toleransi tidak
memandang suku, bangsa, dan ras. Karena mereka terpaut dalam satu keyakinan
sebagai makhluk Allah di muka bumi. Dihadapan Allah semuanya memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Adapun yang membedakan mereka dihadapan Allah adalah
prestasi taqwa.
Toleransi terdiri dari dua macam yaitu : toleransi
terhadap sesama muslim dan toleransi terhadap selain muslim.
Toleransi terhadap
sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di samping sebagai tuntutan
sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang terkait oleh tali aqidah yang
sama. Bahkan dalam hadits nabi
dijelaskan bahwa seseorang tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa
kasih sayang dan tenggang rasa terhadap saudaranya yang lain.
لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya : “ Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu,
sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (R.
Bukhari dan Muslim ).
Sikap toleransi dan baik
hati terhadap sesama terlebih lagi dia seorang muslim pada akhirnya akan
membias kembali kepada kita yang mana itu banyak memperoleh kemudahan dan
peluang hidup karena adanya relasi, di samping itu Allah akan membalas semua
kebaikan kita diakhirat kelak.
Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan –
batasan tertentu selama mereka mau menghargai kita, tidak menyerang dan tidak
mengusir kita dari kampung halaman. Merekapun harus kita hargai karena pada
dasarnya sama sebagai makhluk Allah SWT. Bersikap tasamuh bukan berarti kita
toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa memiliki pendirian,tetapi
harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan membela kebenaran. Kita
tetap harus tegas dan adil jika di hadapkan pada suatu masalah baik menyangkut
diri sendiri, keluarga ataupun orang lain. Walaupun keputusan tersebut akan
berakibat pahit pada diri sendiri.
قُلِ الْحَقَّ
وَلَوْكَانَ مُرًّا
Artinya : “ Katakanlah yang hak sekalipun pahit rasanya”.
(HR. Abi Dzar Al Ghifari).
Dalam Al – Qur’an dijelaskan :
يَٰأَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّٰمِيْنَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِ مَنَّكُمْ شَنَىَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوْاۚ اعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰۖ وَاتَّقُوْا اللَّهَۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيْرُۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya : “ Hai orang – orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang – orang yang selalu menegakkan ( kebenaran ) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali – kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al – Maidah : 8).
Dalam ajaan Islam
keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu baik rakyat jelata ataupun penguasa
harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT jika ia melanggar harus menerima
segala konsekuensinya :
إِنَّ
الْاِسْلَامَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا وَسَوَّى بَيْنَ الْمَلِكِ وَالسُّوْقَةَ فِى
الْحَدِّ
Artinya : “ Sesungguhnya
Islam itu menghimpun di anatara kamu satu sama lain dan memandang sama antara
raja dan rakyat dari segi hukum (sama – sama mempunyai hak dan kewajiban yanga
akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah )”. ( Umar bin Khattab ) ( Mulyadi,
Drs. Dan Masan Alfat, Drs : 2004, Hal. 4
– 17 ).
Induk-induk akhlak tercela
Iri hati, Dengki (Hasad)
Iri hati atau dengki
adalh perasaan benci atau tidak senang kepada seseorang yang memperoleh
keberuntungan atau kebahagiaan, serta mengharapkan agar keberuntungan atau
kebahagiaan orang tersebut lenyap.
Firman Allah:
إِنْ
تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ
إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Jika kamu memperoleh
kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
QS:Ali Imran | Ayat: 120
QS:Ali Imran | Ayat: 120
Iri hati atau dengki adalah salah satu sifat tercela yang
sangat berbahaya, baik bagi orang yang memiliki sifat tersebut, maupun bagi
orang lain.Sifat iri hati atau dengki itu ibarat api yang membakar kayu,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW :
اَلْحَسَدُ يَأْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْ كُلُ
النَّارُ الْحَطَبَ
Artinya
: “ Dengki itu dapat makan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api membakar
kayu”.(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Seseorang yang memiliki
sifat dengki itu sebenarnya sangat tersiksa, karena sebelum maksudnya tercapai,
terlebih dulu ia telah membinasakan dirinya sendiri.Ia tersiksa oleh
perasaannya sendiri.Betapa tidak, setiap kali ada oorang lain memperoleh
keberuntungan, ia pun merasa tidak senang dan benci, hatinya panas seperti api
membakar dadanya.
Sifat iri hati atau
dengki akan membuahkan berbagai sifat tercela lainnya, seperti : marah, dendam,
berdusta, menipu, adu domba, mencuri, bahkan membunuh.Contoh, iblis dengki
kepada Adam AS, karena beliau mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah,
sehingga iblis tidak mau menghormati Nabi Adam, walaupun itu perintah
Allah.Iblis didorong oleh sifat keirihatian dan kedengkian sehingga ia
melakukan kemaksiatan yang besar.
Orang yang memiliki
sifat iri hati tidak akan memperoleh sesuatupun dari masyarakat, selain dari
celaan dan pengucilan.Di dunia ia tersiksa, karena tidak disenangi oleh
masyarakat, sedangkan di akhirat pun ia menderita , karena azab Allah.
Sifat iri hati atau dengki dapat ditimbulkan oleh
beberapa sebab, antara lain:
1. Adanya rasa permusuhan dan
kebencian
Jika ada orang yang
dianggap oleh si pendengki telah menyakiti dirinya, menghalangi maksudnya, maka
ia merasa sakit.Apalagi jika ia ingin membalas, tetapi tidak berani, maka
timbul rasa dendamnya.Ia berharap agar orang yang dianggap telah menyakiti
hatinya atau menghalangi maksudnya mendapat kecelakaan atau penderitaan.
2. Tidak bersyukur
Orang yang tidak
bersyukur, tidak pernah merasa cukup akan nikmat yang diberikan Allah.Ia selalu
merasa kekurangan.Terhadap orang yang mendapat rezeki yang lebih besar
daripadanya, ia merasa tidak senang.
3. Perasaan tinggi diri
Orang yang merasa tinggi
diri, merasa dirinya lebih terhormat dan lebih mulia daripada orang lain.Jika
ada orang yang mengalahkan dirinya, baik harta, kepandaian ataupun kedudukan,
maka timbullah sifat iri atau dengkinya.
4. Kikir atau pelit
Orang yang kikir mudah
dihinggapi siifat iri hati atau dengki.Orang yang kikir selalu memikirkan,
bagaimana agar hartanya itu bertambah.Mereka beranggapan bahwa membantu orang
lain hanya akan mengurangi hartanya.Ia beranggapan pula dengan memberi, orang lain
menjadi senang, sedangkan hartanya berkurang.
5. Malas
Seorang pemalas biasanya
juga seorang pelamun.Ia beranggapan hidup senang, tetapi kenyataannya ia tidak
memiliki apa-apa, karena malas bekerja.Jika ada orang yang berhasil, ia merasa
iri hati dan dengki,.Tidak jarang perampokan atau pencurian dilakukan
orang-orang karena sifat iri hati dan dengki.
Sombong (Takabur)
Sombong adalah merasa
diri lebih tinggi dari orang lain, baik keturunan, kekayaan, kepandaian,
kedudukan, kecantikan atau ketampanan dan sebagainya.Sombong merupakan akhlak
tercela.Banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits yang menjelaskan tentang betapa
buruknya sifat dan sikap sombong itu.
Firman Allah dalm surah Al-A’raf
ayat 146:
سَأَصْرِفُ
عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ
يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا
يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
Aku akan
memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan
yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang
membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka
melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah
karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.
QS:Al-A'raf | Ayat: 146
QS:Al-A'raf | Ayat: 146
إِلَٰهُكُمْ
إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ
فَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ قُلُوبُهُمْ مُنْكِرَةٌ وَهُمْ
مُسْتَكْبِرُونَ
لَا
جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka
mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang
sombong. Ayat: 22
Tidak diragukan lagi bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka
lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
QS:An-Nahl | Ayat: 23
QS:An-Nahl | Ayat: 23
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina".
QS:Al-Mu'min | Ayat: 60
QS:Al-Mu'min | Ayat: 60
Sabda Rasulullah SAW :
لَا
يَدْ خُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
مِنْ كِبْرٍ
Artinya:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi
dari sifat kesombongan.”(HR.Muslim)
Dalam
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar, Thabrani, dan lain-lain disebutkan:
مَنْ
تَوَاضَعَ للهِ رَ فَعَهُ اللهُ . وَ مَنْ تَكَبَّرَوَضَعَهَ اللهُ
Artinya: “Barangsiapa bertawadhu karena Allah, maka akan diangkat derajatnya
oleh Allah, dan barangsiapa yang sombong maka kan dijatuhkan derajatnya oleh
Allah.”
Sombong
ada dua macam, yaitu sombong lahir (takabur zahir) dan sombong batin (takabur
batin).Sombong lahir yaitu perbuatan-perbuatan kesombongan yang dilakukan oleh
anggota badan dan jelas terlihat.Sombong batin yaitu sifat kesombongan di dalam
jiwa atau hati yang tidak terlihat.
Orang
yang sombong tidak memiliki perasaan untuk mencintai dan menyayangi sesama
saudaranya yang mukmin sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.Orabg yang
sombong banyak memiliki sifat buruk, misalnya merendahkan orang lain,pemarah,
pembohong, khianat, dan sebagainya.Orang yang sombong tidak segan-segan
menggunakan hal-hal buruk demi untuk mempertahankan kemuliaannya.
Rasulullah
SAW menjelaskan, bahwa ada dua macam sifat yang merupakan himpunan dari sifat
sombong, yaitu menolak kebenaran dan menghina orang lain, sebagaimana sabdanya.
الْكِبْرُ
مَنْ بَطَرَ الْحَقَّ وَغَمَطَ النَّا سَ
Artinya : “Sombong adalah (sifat) orang yang mengingkari
kebenaran dan menghina orang lain.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
Orang yang sombong telah merampas sesuatu sifat yang
sebenarnya tidak pantas disandangnya, karena sifat itu hanyalah milik Allah
SWT. Perilaku orang yang sombong ibarat seorang budak yang mengambil mahkota
raja bertingkah seperti raja yang patut dihormati.Tentu saja sang raja sangat
murka terhadap budak yang kurang ajar itu dan menjatuhkan hukuman yang sangat
berat.
Banyak hal yang dapat
memungkinkan seseorang terjerumus ke dalam kesombongan, antara lain :
keturunan, kekayaan harta, kepandaian atau ilmu pengetahuan, kedudukan,
kecantikan/ketampanan, kekutan tubuh.Demikian banyak celah yang dapat
menjadikan seseorang bersifat sombong.Oleh sebab itu, hendaklah kita memohon
kepada Allah agar diberi petujuk ke arah jalan yang benar dan terhindar dari
sifat sombong.
Tamak
Allah
SWT kadang-kadang menguji hambaNya berupa kemiskinan , kadang-kadang berupa
kekayaan. Ketika diuji berupa kemiskinan, orang adakalanya bersifat qana’ah,
yakni menerima apa yang ada sambil terus berusaha, adakalanya bersifat tamak
atau loba. Orang yang dierikan kekayaanpun demikian, adakalanya berfoya-foya
untuk kesenangan duniawi, adakalanya pula bersifat pelit, enggan mengeluarkan
sebagian hartanya untuk kepentingan umat dan tamak, ingin menumpuk hartanya
lebih banyak lagi.Pada diri manusia terdapat potensi untuk berlaku tamak atau
loba. Kebanyakan manusia merasa kurang terhadap rezeki yang diperolehnya.
Ketika mendapat rezeki sedikit ingin banyak, Setelah banyak,ingin lebih banyak
lagi,dan seterusnya.
Hal yang demikian pula oleh Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Andaikata seseorang itu
sudah memiliki dua lembah dari emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya
sebagaitambahan dari dua lembah yang sudah ada itu.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Sifat tamak(loba) ini jika diikutinya
akan membahayakan diri orang yang memiliki sifat tersebut, juga berbahaya buat
orang lain. Seorang yang tamak hidupnya selalu diperbudak oleh harta. Ia
senantiasa berpikir , bagaimana agar hartanya terus bertambah. Untuk menambah
hartanya itu segala cara ia lakukan tanpa mempedulikan orang lain. Ia tidak
peduli orang lain rugi atau celaka, asalkan mendatangkan keuntungan bagi
dirinya.
Sebenarnya
hidup orang yang tamak itu menderita. Kelihatannya senang karena banyak harta,
tetapi sesungguhnya ia menderita, karena diperbudak oleh hartanya. Seorang yang
tamak hidupnya penuh dengan kegelisahan. Ia sangat mengkhawatirkan hartanya
akan berkurang atau dicuri orang. Untuk kebutuhan hidupnya sendiri ia pun pelit
menggunakan hartanya, apa lagi untuk kepentingan orang lain.
Tamak
ibarat penyakit yang berbahaya dalam tubuh manusia. Manusia berpotensi
untukterjangkit penyakit tamak itu. Oleh sebab itu, jika sudah terlanjur
terserang penyakit tamak, segeralah diobati. Jika belum terkena, penyakit itu
hendaklah diupayakan untuk mencegahnya.
Ada
beberapa hal yang dapat diupayakan untuk mengobati dan mencegah penyakit tamak,
antara lain :
1. Yakinkan diri kita, bahwa rezeki itu sudah ditentukan
oleh Allah. Rezeki itu pasti akan datang pada diri kita walaupun itu tidak
bersifat tamak untuk meraihnya.
2. Biasakanlah hidup sederhana, sedang-sedang saja, tidak
berlebihan. Walaupun kita diberi rezeki yang banyak, hendaklah membatasi diri
dalam penampilan hidup sehari-hari, baik dalam hal makanan, pakaian, tempat
tinggal dan sebagainya.
3. Biasakanlah hidup qana’ah menerima apa adanya. Sifat
qana’ah membuat hidup kita tenang dan bahagia. Kebahagiaan itu bukanlah
semata-mata karena harta, tetapi rasa kepuasan karena mensyukuri nikmat rezeki
itu.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “kaya itu bukan kaya harta, tetai kaya itu
adalah kaya jiwa.”(HR.Muttafaq’Alaih).
4. Renungilah kehidupan fakir miskin, betapa menderita
mereka hidup dalam kekurangan. Dengan demikian, manakala kita mendapat rezeki
yang banyak, kita terdorong untuk membantumereka, bukan malah tamak, bernafsu
untuk menumpuk harta lebih banyak lagi tanpa mempedulikan orang lain.
5. Banyak-banyaklah mengingat sejarah hidup rasulullah dan
para sahabatnya. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan mereka adalah orang-orang
yang mulia, baik di masyarakat, maupun di sisi Allah.
1.
Metode peningkatan kualitas akhlak
Dalam
keseluruhan ajaran islam, akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
urgen, hal ini berdasarkan kaidah bahwa Rasulullah Saw menempatkan
penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok risalah islam. Akhlaq
merupakan salah satu ajaran pokok agama islam, sehingga Rasulullah pernah
mendefinisikan agama islam dengan akhlaq yang baik(husn al-khuluq).
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada nabi, ya, Rasulullah,
apakah agama itu? Beliau menjawab”agama adalah akhlaq yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan
timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Nabi bersabda,”tidak
satupun yang akan lebih memberatkan timbangan kebaikan seorang hamba mukmin
nanti pada hari kiamat selain akhlaq yang baik.(H.R al-Baihaqi). Dan menurut
keterangan ‘Abdullah Ibn ‘Umar “orang yang paling dicintai serta paling dekat
dengan Rasulullah pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya.”
Rasulullah Saw, menjadikan baik buruknya
akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya, sebagaimana sabdanya:
“Dari Abu Hurairah ia berkata,
Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaqnya(H.R at-Tirmizi).
Islam
menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah
Swt. Seseorang yang mendirikan sholat tentu tidak akan
mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan munkar. Sebab apakah arti
sholatnya seseorang jika dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemunkaran
yang dilarang.
Al-Qur’an
banyak mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan akhlaq, baik berupa
peintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada
orang yang mematuhi perintah, maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan
dan dosa bagi orang yang melanggarnya. Hal ini membuktikan betapa pentingnya
akhlaq dalam ajaran islam karena akhlaq akan membawa kemashlahatan, kemuliaan
hidup dan kehidupan.
2.
Kualitas akhlaq dalam kehidupan
Adapun prinsip umum yang dapat
menyelamatkan kaum muslimin dari kebimbangan , kebingungan, dan kegoncangan
dalam menghadapi kehidupan. Prinsip ini meliputi, komitmen dengan jalan hidup
islam, loyal kepada Allah, RasulNya, dan
Islam, kesungguhan dalam menjalani kehidupan,sikap toleran dan memaafkan, sikap
moderat terhadap orang lain dan segala sesuatu.
a. Komitmen dengan jalan hidup islam, setiap muslim harus
memiliki komitmen dengan jalan hidup islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, serta sejarah hidupnya. Sebab mencari jalan hidup dari selain dua
sumber ini adalah suatu kesesatan. Jalan hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihalalkan atau diharamkan Allah. Dialah satu-satunya yang berhak menghalalkan
atau mengharamkan dan apa yang dihalalkan atau diharamkan RasulNya. Komitmen
dengan jalan hidup mencakup komitmen dalam aqidah,ibadah,akhlaq dan tata
kehidupan sosial.
b. Loyal kepada Allah, RasulNya, dan Islam, loyalitas ini
dilakukan untuk Allah,RasulNya, manhajNya, untuk orang-orang yang shalih dan
nilai-nilai akhlaq yang dibawa islam. Konsekuensinya, orang islam tidak boleh
loyal kepada musuh Allah, kepada selain Allah atau musyrik. Islam mengangkat
harkat orang-orang shalih dan mengokohkan kewibawaan mereka, dan mereka
bersikap enggan duduk-duduk dan makan minum bersama kaum musyrikin, dan gerak
mereka akan sangat terbatas. Namun orang islam tidak boleh diam dari menyerukan
kebenaran dan kebaikan kepada non muslim.
c. Kesungguhan dalam menjalani kehidupan,
kesungguhanmempunyai dua pengertian , 1) bersungguh-sungguh, yakni berusaha
dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk mencapai suatu tujuan dan 2)
meninggalkan sendau gurau, yakni mengerjakan suatu pekerjaan dengan tidak
main-main atau sia-sia. Seorang muslim dituntut melewati fase-fase kehidupannya
dengan serius mengerahkan segala kemampuan dan menanggung penderitaan dan
pengorbanan dijalan Allah. Jalan Allah itu luas dan bercabang-cabang, cabang
yang paling rendah”menyingkirkan duri dijalan”.
d. Sikap toleran dan memaafkan, toleransi itu sinonim dengan
lemah lembut dan murah hati. Bagi kaum muslimin, toleransi berarti tidak
membela idea tau mazhabnya secara membuta, tetapi mengikuti mana yang ternyata
benar. Islam tidak mengajarkan sikap kasar kecuali dalam peperangan dan petempuran
dijalan Allah, bahkan dalam peperangan pun ada etika yang harus dihormati
seperti memperlakukan secara manusiawi terhadap tawanan atau orang yang
terbunuh sebagaimana yang diatur dalam syari’at islam. Medan amal islami itu
membutuhkan sikap toleran dan lemah lembut.
e. Sikap moderat terhadap orang lain dan segala sesuatu,
moderasi adalah pertengahan diantara dua sifat secara berkualitas,kuantitas,
atau proporsional. Orang yang modera berarti orang yang berada diantara dua ekstremitas. Moderasi ini sifat terpuji
yang berada diantara kencang dan longgar. Allah telah menganugrahkan nikmatNya
kepada umat islam dengan dijadikannya sebagai ummatan wasathan, yakni umat
keadilan,pertengahan dan kebaikan. Umat islam berada ditengah sebagai umat
moderat yang mengakomodir kepentingan ruhani dan kebutuhan jasadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar