Minggu, 31 Mei 2015
Review Jurnal Pendidikan
http://haryantiyakub.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo_7290.html
Review Jurnal: TUJUAN MANUSIA
SEBAGAI TUJUAN PENDIDIKAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah
salah satu ciptaan Allah SWT dari sekian ciptaan Allah SWT yang mempunyai ciri-ciri
tersendiri. Selain manusia itu mempunyai jasmani dan rohani tetapi manusia itu
juga mempunyai sifat yang sangat fenomenal di hadapan jin dan para malaikat
Allah SWT, pada saat dinyatakan bahwa manusia di ciptakan di muka bumi sebagai
khalifah. Manusia sangat berbeda dengan ciptaan Allah SWT yang lain di muka
bumi, dikarenakan manusia itu mempunyai pengetahuan dan ilmu. Dengan ilmu dan
pengetahuan itu manusia bisa mengembangkan apa yang mereka ketahui dan yang
belum di ketahuinya. Meskipun manusia itu mempunyai ilmu dan pengetahuan yang
begitu luas tetapi manusia juga mempunyai keterbatasan, dengan keterbatasan ini
manusia mempunyai kesulitan dalam mengenal lingkungan sekitarnya apalagi
tentang dirinya sendiri itu sangat mengalami kesulitan.
Artikel Pendidikan Karakter
”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa”, adalah kearifan
dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera
muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan
melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus
diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang
berbasis pada ras, suku dan keagamaan. pendidikan karakter bukanlah
sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata
tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas
untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pesan akhir tulisan ini, berikan
layanan yang terbaik kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga terwujud
masyarakat yang ”beradab” yang mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad
kita sekali merdeka, tetap merdeka.
Mengapa Melalui Pendidikan?
“Education is not a preparation of life, but it’s life itself”. Demikianlah
pendapat John Dewey ketika beliau berusaha menjelaskan tentang ranah pendidikan
yang sesungguhnya. Pendidikan adalah kehidupan. Oleh karena itu, benar kata WD
Rendra dalam salah satu puisinya telah mempertanyakan tentang adanya “papan
tulis-papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan”.
Mengapa? Proses pendidikan di sekolah ternyata masih lebih mengutamakan aspek
kognitifnya ketimbang afektif dan psikomotoriknya. Bahkan konon Ujian Nasional
pun lebih mementingkan aspek intelektualnya ketimbang aspek kejujurannya. Konon
tingkat kejujuran Ujian Nasional itu hanyalah 20%, karena masih banyak peserta
didik yang menyontek dalam pelbagai cara dalam mengerjakan Ujian Nasional itu.
Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences),
Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial
dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20%
saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakterdiperlukan untuk membangun
kehidupan yang lebih beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan
perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang
dikenal dengan pendidikan karakter (character
education).
Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Pilarkarakter yang mana yang
harus dikembangkan di Indonesia? Sesungguhnya semua pilar karakter tersebut
memang harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di
negeri ini. Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang perlu
memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty)
sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini masih
banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar keadilan (fairness)
juga harus lebih memperoleh penekanan, karena kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa banyak pendukung pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo
mengakui kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa,
dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance),
rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).
Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi para olahragawan
yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar rasa percaya diri (trustworthiness)
dan keberanian (courage) juga harus mendapatkan penekanan tersendiri.
Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi
kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya,
diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi
untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang
semakin maju dan beradab.
Review Film Laskar Pelangi
Film
Laskar Pelangi adalah sebuah film yang dibuat oleh Riri Riza
berdasarkan Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Bercerita tentang
kehidupan anak-anak miskin yang memiliki semangat yang tinggi untuk mengecap
pendidikan dengan keterbatasan yang melingkari kehidupan mereka di Pulau Belitong (Belitung), sebuah
pulau yang berada di lepas pantai timur Indonesia, dimana suku yang mendominasi
adalah suku Melayu dan Tionghoa.
Senin, 25 Mei 2015
Selasa, 19 Mei 2015
Langganan:
Postingan (Atom)